Pertarungan Hati Bab 7 Cinta di Balik Pagar

Pertarungan Hati, Bab 7 Cinta di Balik Pagar

Hari-hari berlalu, tetapi Novita semakin merasa dirinya berada di tengah pusaran yang tak kunjung reda. Perhatian yang ia terima dari Dimas dan Pram mulai terasa membebani, bukan lagi menyenangkan. Ia sadar, kehadiran dua pria ini bukan hanya membuat tetangga bergunjing, tetapi juga menimbulkan konflik di dalam dirinya.

Suatu sore, Dimas memberanikan diri untuk mengajak Novita bicara. Ia tahu bahwa selama ini ia hanya menyimpan perasaannya tanpa pernah benar-benar menyatakannya. Di bawah pohon mangga di halaman rumah Novita, mereka berdiri berdua.

“Bu Novita, ada yang ingin aku sampaikan,” kata Dimas sambil menatap ke bawah, mencoba mengumpulkan keberanian.

Novita tersenyum kecil. “Apa itu, Dimas?”

Dimas menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, “Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tapi aku nggak bisa bohong sama perasaan aku sendiri. Aku suka sama kamu. Aku tahu kita beda usia, aku tahu ini nggak mudah, tapi aku serius.”

Novita terkejut mendengar pengakuan itu. Ia tidak pernah menyangka Dimas akan menyatakannya dengan begitu lugas. “Dimas, aku…” Novita tergagap, tidak tahu harus menjawab apa.

“Kamu nggak perlu jawab sekarang,” potong Dimas cepat. “Aku cuma pengen kamu tahu perasaan aku. Aku nggak peduli apa kata orang, aku cuma peduli sama kamu dan Rania.”

Namun, sebelum percakapan itu berlanjut, Pram tiba-tiba muncul di gerbang. Ia melihat keduanya berbicara dengan wajah serius, dan langkahnya terhenti. Mata Pram menyipit, mencoba memahami situasi yang terjadi.

“Eh, Mas Pram. Ada apa?” tanya Novita, mencoba mengalihkan perhatian dari ketegangan yang baru saja terjadi.

“Saya cuma mau mengembalikan buku resep yang kemarin Bu Novita pinjamkan. Maaf, kalau saya mengganggu,” jawab Pram dengan nada datar, tetapi matanya tidak lepas dari Dimas.

Dimas merasa tidak nyaman dengan kehadiran Pram. Ia tahu Pram menyukai Novita, dan ia merasa seolah pria itu sengaja datang untuk mengawasi.

“Kamu selalu ada di sini, ya, Dimas?” sindir Pram sambil meliriknya.

“Kenapa? Ada masalah?” balas Dimas tanpa ragu.

Novita merasa suasana semakin tegang. “Mas Dimas, Mas Pram, tolong jangan begini. Ini rumah saya, dan saya nggak ingin ada pertengkaran di sini,” ujarnya tegas.

Keduanya terdiam, tetapi ketegangan itu belum sepenuhnya reda. Pram akhirnya menyerahkan buku resep itu dan berpamitan dengan alasan ada pekerjaan lain yang harus ia selesaikan. Namun, sebelum pergi, ia sempat berkata kepada Novita, “Saya harap Bu Novita bisa mempertimbangkan siapa yang benar-benar tulus di antara kami.”

Ucapan itu membuat Novita semakin bingung. Setelah Pram pergi, ia menatap Dimas yang masih berdiri di sana dengan wajah kesal.

“Dimas, aku minta maaf,” kata Novita pelan. “Aku nggak pernah bermaksud membuat kalian bersaing seperti ini.”

Dimas menggeleng. “Ini bukan salah kamu. Aku cuma nggak suka cara dia datang ke sini dan seolah-olah mau mengklaim kamu. Tapi aku janji, aku nggak akan memaksa. Semua keputusan ada di tangan kamu, Bu Novita.”

Novita tersenyum lemah. Ia tahu bahwa ia tidak bisa terus membiarkan situasi ini berlangsung. Hatinya masih bimbang, dan ia sadar bahwa keputusan yang harus ia buat akan mengubah segalanya, bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk Dimas dan Pram.

Pertarungan Hati Bab 7 Cinta di Balik Pagar

Baca Online gratis ” Cinta di Balik Pagar ” – Bab 7 ( Pertarungan Hati  )

Untuk Bab selanjutnya dan membaca semua novel bisa ke Daftar Isi dan sinopsis Novel Online Gratis Cinta di balik Pagar ( Klik ” Kembali Ke Daftar Isi Cinta di Balik Pagar ” )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *