Berikut.id – Itam dan U (Part 1). Teman pernahkah kalian membaca buku berjudul Itam dan U? mungkin cerita Itam dan U akan menarik perhatianmu. Bacalah cerita berjudul Itam dan U dibawah ini!
Itam dan U (Part 1)
BAB 1
Gelombang Besar
Itam dan Micel sedang asyik bermain gasing ketika terdengar nyanyian yang sudah sangat mereka kenal.
“Lagu itu lagi. Lagu itu lagi. Apa Cik Lam tidak bosan, ya?” kata Itam.
“Eh, ini penting …,” sergah Cik Lam. Belum selesai kalimat Cik Lam, mendadak bumi berguncang hebat! Itam dan Micel berlari ketakutan.
Tidak lama kemudian, guncangan itu reda. Itam dan Micel kembali ke pantai untuk bermain gasing. Namun, air laut telah surut jauh sekali, meninggalkan banyak ikan bergelimpangan. Penduduk desa beramai-ramai mengumpulkan ikan-ikan itu.
“Kita makan besar hari ini!” sorak mereka kegirangan. “Itu smong! SMOOOONG! Lari!” Cik Lam berteriak, mengajak orang-orang menjauhi pantai. Namun, mereka hanya tertawa dan mengabaikan Cik Lam.
Cik Lam menyambar tangan Itam dan Micel. “Cepat, lari!”
Di belakang mereka, seseorang menjerit, “AIR LAUT NAIK!”
Gelombang raksasa menghantam. Air laut menyeret Itam, memisahkannya dari Cik Lam, lalu mengempaskannya ke sebatang pohon kelapa.
Itam memeluk erat pohon kelapa itu agar tak kembali terseret air.
Itam berhasil memanjat pohon kelapa sampai ke puncak. Dari atas yang terlihat hanya air dan air. Tidak ada Micel, tidak ada siapa pun. Kini hanya ada dia dan U, pohon kelapa itu.
Bab 2
Di Mana Semua Orang?
Hari ketiga, Itam mendengar seruan-seruan. Beberapa orang terlihat mencari-cari di antara puing dan reruntuhan. Cik Lam ada di antara mereka. Itam berteriak dan menggoyang-goyangkan pelepah U. Tim penyelamat pun membantu Itam turun.
“Jangan khawatir Itam.” Cik Lam memeluk Itam.
“Semuanya baik-baik saja.”
Tidak, Itam tidak merasa baik-baik saja. Dia mengelak dari pelukan Cik Lam.
Itam segera berlari ke arah rumahnya, mencari Ayah dan Ibu. Namun, semuanya porak-poranda. Tidak ada yang tersisa kecuali sebatang pohon nangka. Itam berlari ke rumah Micel. Yang ditemuinya hanya reruntuhan.
Sebuah tangan menepuk pundaknya. Cik Lam. “Orang tua dan temanmu sudah tiada,” ujar Cik Lam dengan sedih. “Cik Lam dan tim penyelamat sudah mencari mereka ke mana-mana. Tidak ada.”
Tidak!” Itam berteriak marah. “Mereka pasti masih hidup. Aku akan mencari mereka!”
Seharian Itam mengelilingi gampong, tetapi dia tidak menemukan Ayah dan Ibu. Tidak juga Micel. Ketika malam datang, Cik Lam mengajak Itam ke rumahnya. Itam terpaksa ikut, tetapi dia tidak mau menyentuh makanan yang disuguhkan Cik Lam. Kelelahan, Itam pun tertidur.
Itam mencari ke posko penyelamatan. Itam mencari ke tenda darurat. Itam berjalan berjam-jam lamanya, bahkan ke gampong-gampong sebelah. Setiap hari, selama berminggu minggu, Itam mencari. Akan tetapi, Itam tidak menemukan Ayah dan Ibunya.
Ayo pulang, Itam. Hari sudah hampir malam,” Cik Lam berusaha membujuk Itam.
“Tidak! Aku tidak mau pulang kalau tidak ada Ayah dan Ibu!” teriak Itam. Dan dengan sengit dia berkata, “Kenapa Cik Lam tidak membantuku?”
“Sudah 30 hari s ejak tsunami b erlalu,” jawab Cik Lam. “Sudah waktunya kita berhenti mencari.”
“Tidak! Aku tak mau menyerah! Aku tak mau pulang bersama Cik Lam.” Itam berteriak dan berlari menjauh. Dia berlari menuju pantai.
Di sana dia melihat bayangan tinggi hitam dengan daun-daunnya yang melambai.
“U!” Itam menyandarkan tubuhnya ke p ohon yang telah menyelamatkan hidupnya itu. Telinganya dia tempelkan ke batang U. “Apakah kamu melihat Ayah dan Ibu? Apakah kamu melihat Micel? Beri tahu aku, U.” Namun, pohon kelapa itu hanya diam.
Nah teman, cerita Itam dan U akan berlanjut ke cerita berikutnya. Nantikan ya..