Deskripsi Lisan Jelajah Wae Rebo
Deskripsi Lisan Jelajah Wae Rebo

Deskripsi Lisan Jelajah Wae Rebo

Berikut.id – Deskripsi Lisan Jelajah Wae Rebo. Teman, seperti kalian tahu bahwa mendeskripsikan suatu benda, tempat, maupun keadaan tidak hanya bisa dilakukan dengan teks deskripsi saja tetapi dapat juga dengan deskripsi lisan. Bacalah deskripsi lisan tentang Jelajah Wae Robo dibawah ini!

 

Deskripsi Lisan Jelajah Wae Rebo

Deskripsi Lisan Jelajah Wae Rebo
 

Karena itu, Desa Wae Rebo ini sering dijuluki ‘Desa di Atas Awan’. Nah, hari ini Kakak-kakak, Bapak/Ibu akan merasakan pengalaman baru. Kakak dan Bapak/Ibu akan merasakan tidur di salah satu dari tujuh Mbaru Niang yang ada di desa ini.”

 

 

“Nah, mungkin kakak, Bapak/Ibu bertanya-tanya, ‘Mbaru Niang itu apa, ya?’ Bapak/Ibu lihat rumah-rumah yang ada di depan kita ini? Ya. Ini adalah rumah tradisional khas Manggarai. Mbaru artinya rumah, dan Niang artinya tinggi dan bulat. Coba, kita perhatikan. Di depan kita ini ada tujuh Mbaru Niang berbentuk kerucut dan tinggi yang hampir sama. Ada yang tahu mengapa jumlahnya tujuh? Ya! Angka tujuh menunjuk kepada tujuh arah gunung di sekitar desa yang dipercaya sebagai pelindung desa. Ini menunjukkan bahwa masyarakat di sini sangat menghormati leluhur dengan melestarikan budaya. Mari kita lihat lebih dekat rumah-rumah ini, ya?”

“Mari mendekat kemari, semuanya!”

“Nah, seperti Kakak-kakak dan Bapak/Ibu bisa lihat, Mbaru Niang terbuat dari beberapa jenis rumput, lalu dilapisi ijuk atau serat pohon palem. Bahan-bahan ini merupakan bahan pilihan agar Mbaru Niang kuat menahan serangan angin dan air hujan. Silakan Bapak/Ibu sentuh dinding rumah ini. Terasa kokoh, kan?”

“Setiap Mbaru Niang memiliki 5 tingkat, Bapak/Ibu. Semua ditutupi atap dan setiap tingkatnya memiliki jendela kecil. Tingkat pertama disebut lutur atau tenda yaitu tempat tinggal para penghuninya. Di sini, seperti Bapak/ ibu lihat, terdapat perapian dan dapur yang terletak di tengah rumah. Dapur ini berfungsi menahan serangan rayap dengan memanfaatkan asap yang dihasilkan ketika memasak. Sekarang mari kita ke tingkat dua.”

Baca Juga :  Kunci Jawaban Sifat dan Difusi Zat

 

 

“Tingkat kedua ini dinamakan lobo atau loteng, yaitu tempat menyimpan bahan makanan dan barang. Kita lanjutkan ke tingkat tiga, ya.”
“Kalau Kakak-kakak dan Bapak/Ibu perhatikan, tidak ada paku, besi, dan beton pada rumah tradisional khas Manggarai ini. Bangunan ini dibangun dengan cara ditanam, diikat, dan dipasak. Nah, inilah tingkat ketiga atau yang biasa disebut lentar, berfungsi menyimpan benih jagung dan tanaman untuk bercocok tanam lainnya. Mari kita naik lagi!”

 

 

“Ada yang tahu tempat apakah ini? Ya, benar sekali. Di sini adalah tempat menyimpan cadangan makanan ketika panen dirasa kurang berhasil. Tingkat keempat ini disebut juga lempa rae. Kita akan naik sekali lagi menuju tingkat terakhir atau yang juga disebut sebagai hekang kode. Tingkat kelima ini merupakan tempat menyimpan sesajian untuk para leluhur. Mari kita turun kembali. Perhatikan langkahnya ya, kakak-Kakak, Bapak/Ibu!”

“Nah, bagaimana? Sepertinya semua sudah tidak sabar ingin menginap, ya? Sampai hari ini Mbaru Niang masih digunakan untuk berkumpul, melakukan ritual, dan berdoa bersama setiap hari Minggu pagi. Demikian, Kakak-kakak, Bapak/Ibu. Hingga di sini, ada pertanyaan?”

 

Nah teman, itulah salah satu contoh deskripsi lisan tentang suatu tempat. Dalam deskripsi tersebut dijelaskan dengan rinci tentang rumah tradisional khas Manggarai yaitu Mbaru Niang yang memiliki 5 lantai. Pada bacaan tersebut dideskrisikan manfaat dan kegunaan dari masing-masing lantai yang ada di Mbaru Niang.

Semoga bermanfaat..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *