Bahagia dengan Luka Bab 11 Cinta di Balik pagar

Bahagia dengan Luka Bab 11 Cinta di Balik pagar

Hari itu, matahari bersinar cerah, tetapi hati Novita terasa berat. Ia tahu bahwa jalan yang telah ia pilih bersama Dimas penuh dengan risiko. Hubungan mereka yang perlahan diterima oleh beberapa orang ternyata masih menyimpan luka-luka kecil yang tak mudah dilupakan.

Pagi-pagi, Novita duduk di ruang tamu sambil memandangi foto pernikahannya yang lama. Gambar itu sudah usang, tetapi masih tersimpan rapi di laci. Ketika Dimas tiba untuk mengantarnya ke pasar, ia melihat ekspresi Novita yang sedang termenung.

“Bu Novita, kamu kenapa?” tanya Dimas sambil duduk di sampingnya.

Novita menggeleng dan tersenyum kecil. “Nggak apa-apa. Aku cuma lagi ingat masa lalu. Kadang-kadang, rasanya aneh aja. Aku bahagia sekarang, tapi luka lama itu masih ada.”

Dimas menatap Novita dengan penuh pengertian. Ia meraih tangan Novita dan menggenggamnya erat. “Aku nggak bisa menghapus masa lalu kamu, tapi aku janji akan ada di sini untuk masa depan kamu.”

Kalimat itu membuat Novita tersenyum, meski matanya sedikit berkaca-kaca. Ia tahu bahwa Dimas adalah sosok yang tulus, dan meski luka itu mungkin tidak akan pernah sepenuhnya sembuh, Dimas adalah alasan untuk terus maju.

Di sisi lain, keluarga Dimas masih berusaha memahami keputusan pria itu. Ibu Dimas, yang dulu keras menolak, mulai melunak setelah beberapa kali berbicara dengan Pram. Namun, luka antara ibu dan anak itu belum sepenuhnya sembuh.

“Dimas, kamu yakin nggak menyesal dengan keputusan kamu?” tanya ibunya suatu malam saat mereka makan bersama.

“Iya, Bu. Aku yakin. Aku tahu ini bukan pilihan yang mudah buat Ibu, tapi aku juga nggak bisa membohongi hati aku sendiri,” jawab Dimas dengan tenang.

Ibu Dimas menghela napas. “Kalau kamu bahagia, itu sudah cukup buat Ibu. Tapi, kamu harus ingat, kebahagiaan itu kadang perlu pengorbanan.”

Kata-kata itu terpatri di hati Dimas. Ia tahu bahwa perjalanan ini akan terus menuntut pengorbanan, tetapi ia sudah siap menghadapi semuanya.

Sementara itu, Pram memutuskan untuk benar-benar melanjutkan hidupnya. Ia menerima tawaran pekerjaan di kota lain, meninggalkan perumahan padat yang penuh kenangan tentang Novita. Sebelum pergi, ia menemui Novita untuk terakhir kalinya.

“Bu Novita, aku mau pamit. Aku pindah ke Surabaya minggu depan,” kata Pram dengan senyum tipis.

Novita terkejut. “Kok mendadak banget? Tapi aku senang kalau kamu sudah menemukan jalan baru.”

Pram mengangguk. “Aku harus. Kadang, untuk sembuh, kita perlu menjauh dari tempat yang bikin kita terluka. Tapi aku mau kamu tahu, aku nggak pernah menyesal pernah kenal kamu. Kamu wanita yang luar biasa.”

Novita merasa haru. Ia memeluk Pram dengan penuh rasa terima kasih. “Makasih, Mas Pram. Aku juga nggak akan lupa sama kebaikan kamu.”

Saat Pram pergi, Novita merasa ada satu beban yang lepas dari hatinya. Kini, ia bisa benar-benar fokus pada perjalanan baru yang ia jalani bersama Dimas.

Malam itu, Novita dan Dimas duduk berdua di teras rumah. Mereka berbincang santai sambil memandangi bintang-bintang di langit. Rania sudah tidur di kamar, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan yang nyaman.

“Aku senang kamu nggak menyerah, Bu Novita,” kata Dimas sambil menggenggam tangan Novita.

“Aku juga senang kamu tetap bertahan,” balas Novita sambil tersenyum. “Mungkin kita nggak sempurna, tapi aku yakin kita bisa saling melengkapi.”

Malam itu, mereka berbagi harapan untuk masa depan. Meski perjalanan cinta mereka penuh luka, mereka percaya bahwa kebahagiaan yang mereka rasakan adalah bukti bahwa cinta sejati layak diperjuangkan.

Bahagia dengan Luka Bab 11 Cinta di Balik pagar

Baca Online gratis Bahagia dengan Luka Bab 11 Cinta di Balik pagar

Untuk Bab selanjutnya dan membaca semua novel bisa ke Daftar Isi dan sinopsis Novel Online Gratis Cinta di balik Pagar ( Klik ” Kembali Ke Daftar Isi Cinta di Balik Pagar ” )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *