Perumahan Melati Indah, dengan jalanan sempit yang hanya muat untuk dua mobil berpapasan, adalah tempat Novita memulai hidup barunya. Setelah perceraiannya dua tahun lalu, Novita memutuskan untuk pindah bersama anak semata wayangnya, Rania, yang baru berusia enam tahun. Meski sederhana, perumahan ini cukup nyaman. Suara tawa anak-anak yang bermain di sore hari dan aroma masakan dari dapur para tetangga mengingatkan Novita pada kampung halamannya dulu.
“Bu, aku mau main di depan, ya?” Rania meminta izin sambil menggenggam boneka lusuh kesayangannya.
Novita tersenyum sambil merapikan rambut anaknya. “Boleh, tapi jangan jauh-jauh, ya. Kalau capek, langsung pulang.”
“Iya, Bu!” Rania berlari keluar rumah dengan semangat.
Saat itu, Dimas sedang duduk di teras rumahnya yang berjarak tiga rumah dari Novita. Pemuda berusia 26 tahun itu baru saja selesai mencuci motornya. Ia tidak bisa mengalihkan pandangan dari sosok wanita yang sedang berdiri di depan pintu rumah barunya. Novita tampak sederhana dengan kaos longgar dan celana pendek, tetapi ada sesuatu yang membuat Dimas terpaku. Senyum lembutnya, cara ia berbicara dengan anaknya, dan aura tenangnya membuat Dimas merasa ada yang berbeda dari wanita itu.
“Mas, liatin siapa?” tanya seorang teman Dimas, Andi, yang kebetulan datang untuk meminjam kunci pas.
Dimas tersentak. “Nggak, nggak liat siapa-siapa,” jawabnya sambil mengalihkan pandangan.
Andi melirik ke arah yang sama. “Oh, tetangga baru ya? Cantik juga, ya, Mas Dimas. Tapi kok janda? Anak satu lagi.”
Dimas mengernyit. “Kamu kok langsung nge-judge gitu, sih? Orang kita juga baru tau dia pindah ke sini.”
Andi tertawa kecil. “Ya udah, santai aja. Tapi hati-hati, Mas. Jangan sampe baper.”
Malamnya, setelah Rania tidur, Novita duduk di teras kecil rumahnya. Ia menghirup teh hangat sambil menikmati udara malam. Pikiran tentang kehidupan barunya mulai berputar. Akankah ia bisa menjalani hidup tanpa bayang-bayang masa lalu? Apakah tetangga-tetangga di sini akan menerimanya dengan baik?
Di saat yang sama, Dimas juga duduk di terasnya, memandang ke arah rumah Novita yang masih menyala lampunya. Hati kecilnya mulai bertanya-tanya, siapa sebenarnya wanita itu? Apa yang membuatnya terlihat begitu menarik meski jelas-jelas membawa beban hidup yang tidak ringan?
Hari-hari berikutnya, Dimas mulai memperhatikan lebih sering. Ia melihat Novita mengantar Rania ke sekolah, menyapu halaman, bahkan sekadar berbincang dengan ibu-ibu tetangga. Ada kehangatan dalam caranya berinteraksi yang membuat Dimas tidak bisa berhenti memperhatikannya. Meski hanya dari kejauhan, Dimas tahu, hatinya mulai bergerak ke arah yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Baca Online gratis ” Cinta di Balik Pagar ” – Bab 1 ( Tetangga Baru )
Untuk Bab selanjutnya dan membaca semua novel bisa ke Daftar Isi dan sinopsis Novel Online Gratis Cinta di balik Pagar ( Klik ” Kembali Ke Daftar Isi Cinta di Balik Pagar ” )
