Berikut.id – Kunci Jawaban Bacaan “Ditukar dengan Apa?”. Teman, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan lepas dari barang yang dapat menunjang kebutuhan sehari hari, salah satunya adalah bahan makanan. Bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari berupa bahan makanan?
Ya, kita bisa membeli atapun juga bisa menanamnya sendiri di pekarangan rumah. Jika membeli kebutuhan bahan makanan tentunya kita membutuhkan uang. Tapi tahukah kalian sebelum ada uang, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari orang biasa menukarkan barang yang mereka miliki. Sistem penukaran barang dengan barang lain ini disebut dengan sistem barter. Lalu bagaimana bisa sekarang kita menggunakan uang sebagai alat tukar? Mari kit acari tahu bersama lewat bacaan “Ditukar dengan Apa” berikut ini.
Ditukar dengan Apa?
Seperti biasa, hewan-hewan di Hutan Kelayau saling barter atau bertukar barang di pasar. Mereka menukarkan hasil kebun atau barang yang mereka punya dengan barang yang mereka inginkan. Ka Kancil membawa jagung dari kebunnya. Ia ingin menukar jagung itu dengan kangkung sebab ia ingin makan kangkung siang ini.
Sementara itu, Dak Bebek baru saja memanen kangkungnya. Jumlahnya terlalu banyak untuk dimakan sendiri. Dak Bebek membawa kangkung ke pasar dan berharap bisa menukarkan dengan padi atau jagung. Ka Kancil senang bertemu Dak Bebek. Mereka berdua sama-sama senang karena mendapatkan barang yang mereka inginkan.
Namun, tidak semua hewan dapat bertukar semudah itu. Ela Pelatuk menginginkan bunga untuk menghias rumahnya. Dia sudah membuat sendok kayu sebagai penukar. Namun, Ke Kelinci yang memiliki kebun bunga tidak membutuhkan sendok kayu. Ia sudah punya beberapa sendok hasil bertukar dengan hewan lain.
Hen Ayam tertarik ingin memiliki vas, tetapi Ela tidak memerlukan ubi yang ditawarkan Hen. Ti Tikus perlu ubi, tetapi Hen tidak mau jamur dari Ti Tikus. Ti lalu menawarkan jamurnya ke hewan lain.
Begitulah, hewan-hewan itu sering menemukan masalah saat menukar barang mereka. Sering perlu waktu lama untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan, atau malah mereka tidak mendapatkannya sama sekali. Lagi pula, sayur atau buah yang terus berpindah-pindah, lama-lama tidak enak lagi.
Ah, memusingkan sekali pertukaran ini. Mungkin akan lebih mudah kalau ada satu barang yang dapat mewakili semua barang lainnya. Salah satu hewan mengusulkan batu-batu bulat yang cantik. Hewan-hewan setuju karena mereka tidak perlu lagi bertukar barang. Batu-batu bulat akan menjadi alat pembayaran. Mereka menyebutnya uang.
Akan tetapi, batu-batu itu tidak sama besar, tidak sama cantik, dan tidak sama warnanya. Ti Tikus juga berkeberatan menggunakan batu. Batu-batu itu terlalu berat baginya.
Ela Pelatuk kemudian mengusulkan untuk menggunakan alat pembayaran dari kayu. Ela bisa membuatnya berukuran sama. Kepala Desa Beru senang sekali dengan usulan Ela. Ela ditunjuk sebagai penanggung jawab pembuatan uang. Ela membuat uang kayu itu berbentuk bundar supaya lebih nyaman untuk dipegang. Sa Angsa menawarkan diri untuk menggambarinya. Kayu bundar bergambar wortel digunakan sebagai pembayar wortel, uang kayu bergambar tomat sebagai pembayar tomat.
Apakah masalah hewan-hewan itu sudah teratasi? Belum semua. Sistem baru ini masih merepotkan. Ti Tikus menginginkan kacang, tetapi dia hanya punya uang bergambar pisang. Ia harus berusaha menukarkan uang pisangnya dengan uang kacang. Lalu, Ka Kancil punya satu uang bergambar wortel yang bisa buat membayar empat wortel, tetapi dia hanya memerlukan dua wortel. Andai saja uang kayu ini boleh dibagi dua ….
Ya, itu jawabnya! Ela akan membuat uang kayu dengan ukuran berbeda. Sa Angsa juga muncul dengan ide cemerlang. Ia tidak lagi akan membuat gambar tomat, wortel, atau lainnya. Lebih baik ia menuliskan angka pada uang tersebut: 1, 2, 4, atau 5.
Setelah mereka berdiskusi, diputuskan bahwa Ela Pelatuk akan membuat uang kayu dengan 3 ukuran berbeda: kecil, sedang, dan besar. Lalu, Sa Angsa akan menuliskan angka 1, 2, dan 5. Semua senang. Tidak apa kalau Ke Kelinci punya uang besar berangka 5 untuk membayar dua wortel Ka Kancil. Ka Kancil akan memberinya dua wortel serta satu uang kecil berangka 1 dan satu uang sedang berangka 2.
Walaupun uang kayu tidak seawet uang batu, Ela berhasil mengatasinya dengan hanya memakai kayu dari pohon tertentu yang lebih kuat. Beru juga menetapkan bahwa Kepala Desa akan mengatur penggantian uang kayu yang rusak.
Cerita oleh Eva Nukman
Kunci Jawaban Bacaan “Ditukar dengan Apa?”
Apakah kalian menyukai cerita “Ditukar dengan Apa?” tersebut? Bagian mana yang paling kalian sukai? Dapatkah kalian mengingat dan memahami jalan ceritanya? Apa saja peristiwa yang dialami para tokohnya?
Untuk memeriksanya, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! Kalian boleh mengerjakannya berdua dengan teman.
1. Pada awalnya, bagaimana cara yang digunakan hewan-hewan di Hutan Kelayau untuk mendapatkan barang yang mereka inginkan?
Hewan-hewan di Hutan Kelayau mendapatkan barang yang mereka ingin dengan cara menukar barang yang mereka punya dengan barang yang mereka inginkan atau barter (saling bertukar barang)
2. Mengapa pembayaran dengan batu tidak jadi mereka lakukan?
Pembayaran dengan batu tidak jadi dilakukan karena batu terlalu berat untuk dibawa-bawa oleh para hewan
3. Mengapa Sa Angsa tidak membuat uang kayu yang bertuliskan angka 3 atau 4?
Karena uang kayu angka 3 atau 4 sudah dibuatkan oleh Ela
4. Pernahkah kalian melakukan barter atau melihat orang melakukan barter?
Jika ya, barang apa yang saling dipertukarkan?
Ya, sistem barter masih masih sering dijumpai di beberapa daerah di Indonesia seperti Pasar Terapung Lok Baintan (Kalimantan Selatan) dan Pasar Flores (Nusa Tenggara Timur). Barang yang ditukarkan merupakan barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan.
5. Apakah menggunakan uang kayu telah menyelesaikan persoalan di Hutan Kelayau?
Uang kayu tidak seawet uang batu, tetapi Ela membuat uang kayu dengan hanya memakai kayu dari pohon tertentu yang lebih kuat
Nah teman, dengan membaca cerita diatas kita dapat mengetahui bagaimana asal mula digunakannya uang sebagai alat tukar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Semoga bermanfaat.